Sabtu, 10 Oktober 2015

Makan karena Emosi, Cari Sebab dan Solusinya

Emotional eating adalah dorongan untuk makan atau rasa lapar yang timbul karena dorongan emosi. Orang yang mengalami emotional eating menjadikan makanan sebagai cara pelampiasan emosinya, seperti kemarahan, dendam, kekecewaan, ketakutan, kecemasan, atau emosi negatif lainnya



Orang yang sering makan setiap kali merasa emosi (emotional eating) kerap dikaitkan dengan masalah kontrol diri. Faktanya, tak semudah itu mengaitkan emotional eating dengan masalah disiplin diri.

Menurut Jennifer Kromberg, Psy, psikolog klinis di California mengatakan ada lima hal yang memberikan kontribusi besar terhadap masalah emotional eating.

Kenali lima hal yang menyebabkan orang sulit mengontrol keinginan makan kala emosi dan fokus pada solusi.

1. Sikap tidak peduli
Keinginan makan yang dipengaruhi faktor emosi merupakan dampak dari minimnya kepedulian seseorang terhadap makanannya. Terapis menyebutnya makan tanpa sadar. Jadi, meski baru saja selesai makan, seseorang masih memasukkan makanan lain ke mulutnya hanya karena makanan tersebut tersedia di depannya.

Kalau Anda mengalami hal ini, solusinya adalah mulai segera pedulikan apa pun yang masuk ke mulut Anda. Kromberg menyarankan lakukan kebiasaan memedulikan makanan secara perlahan, dan jangan menghakimi diri sendiri saat mulai memperbaiki diri dengan cara ini.

2. Makanan sebagai kesenangan pribadi
Tak sedikit orang mengakhiri harinya yang sibuk dengan makanan kesukaan. Kesenangan pribadi menjadi alasan di balik mengonsumsi makanan favorit ini. Misalnya, setelah sibuk seharian bekerja, malam hari Anda rutin makan es krim. Menjadikan makanan sebagai sumber kesenangan menimbulkan masalah emotional eating.

Tapi mengapa makanan sumber kesenangan ini menjadi pilihan banyak orang untuk melepas penat? Kromberg mengatakan banyak sumber menyebutkan makanan kaya gula dan lemak merilis opioid dalam otak. Opioid adalah bahan aktif dalam kokain, heroin, dan narkotika. Jadi memang ketika makan es krim atau keripik kentang yang kaya gula dan lemak, Anda akan mendapatkan efek dari terlepasnya opioid yakni muncul rasa menenangkan.

Untuk mengatasi masalah ini, Kromberg menyarankan cari sumber kesenangan lain di luar makanan. Sumber lain barangkali tidak akan memberikan efek menenangkan seperti es krim misalnya. Namun, jika ingin mengatasi masalah emotional eating, Anda harus mulai bersikap lebih toleran terhadap perasaan yang tidak menyenangkan.

3. Kesulitan mengatasi perasaan negatif
Seseorang yang kesulitan mengatasi perasaan buruk atau negatif, cenderung akan mengalami masalah emotional eating.

Solusinya, berlatihlah melepaskan perasaan tak nyaman karena sesuatu hal, saran Kromberg. Dengan kata lain, mulailah belajar mengatasi rasa sedih, marah, bosan atau hal negatif lainnya yang mau tak mau akan selalu datang setiap harinya. Jika Anda bisa menguasai perasaan negatif ini, Anda akan terhindar dari perilaku buruk, salah satunya kebiasaan makan.

4. Membenci tubuh sendiri
Tak puas dengan tubuh sendiri punya dampak besar terhadap masalah emotional eating. Bahkan sikap inilah yang menjadi sumber utama masalah kebiasaan makan karena dorongan emosi.

Banyak orang akan mencintai tubuhnya kala berhasil menurunkan berat badan. Ini bukan solusi bagi Kromberg. Ia lebih menyarankan agar siapa pun yang membenci tubuhnya, agar mulai berhenti mencaci maki diri sendiri sebelum terjebak dalam lingkaran emotional eating.

Tak mudah dan terbilang rumit memang mengatasi masalah penerimaan diri ini. Setiap orang memiliki kasus yang unik terkait masalah ini. Jadi, bagi Kromberg penanganan masalah citra tubuh ini harus melalui tahapan yang sifatnya personal, sehingga tak ada solusi yang sifatnya berlaku umum.

5. Psikis
Membiarkan diri Anda merasa sangat lapar atau sangat lelah, menjadi jalan mulus untuk masalah emotional eating. Tubuh saat lapar dan lelah, akan mengirim pesan kuat ke otak memberi sinyal makan. Tapi karena Anda menunda makan atau istirahat, yang muncul kemudian adalah perilaku makan yang tidak normal. Anda akan cenderung lebih sering ngemil dan tak bisa menguasai diri untuk tidak makan akibat masalah psikis.

Solusinya mudah saja, atasi masalah psikis ini dengan memberikan hak pada tubuh untuk istirahat tanpa harus menunggu kelelahan. Juga berikan asupan kepada tubuh dengan porsi tepat, sesuai aturan makan yang baik. Jadikan kebiasaan makan yang baik dan istirahat cukup sebagai prioritas dalam keseharian jika Anda ingin benar-benar mengatasi masalah emotional eating.

Cara Mengatasi Emotional Eating

1. Ketahui Penyebabnya

Orang makan karena berbagai alasan. Langkah pertama untuk menghentikan emotional eating adalah dengan mencari tahu penyebab (emosi) pribadi Anda. Situasi, tempat, atau perasaan apa membuat Anda meraih kenyamanan makanan.

Perlu diingat, sebagian besar emotional eating terkait dengan perasaan yang tidak menyenangkan, tapi juga bisa dipicu oleh emosi positif. Seperti penghargaan diri setelah mencapai tujuan, merayakan hari libur, atau perayaan lainnya.

Penyebab Umum dari Emotional Eating

– Stres, pernah memperhatikan bagaimana stres bisa membuat Anda lapar? Ini bukan hanya dalam pikiran Anda. Stres kronis mengarah ke tingkat tinggi hormon stres, yaitu kortisol. Kortisol dapat memicu keinginan untuk merasakan asin, manis, dan makanan-makanan tinggi lemak yang memberikan ledakan energi dan kesenangan. Stres yang lebih terkendali dalam hidup Anda, semakin besar kemungkinan Anda untuk beralih ke makanan.

– Pelampiasan, makan dapat menjadi cara untuk sementara membungkam atau membuang rasa ketidaknyamanan, seperti marah, takut, sedih, cemas, kesepian, kebencian, dan rasa malu. Sementara Anda mati rasa diri dengan makanan.

– Kebosanan, apakah Anda pernah makan hanya untuk menghilangkan kebosanan, atau sebagai cara untuk mengisi kekosongan dalam hidup Anda? Anda merasa tidak terpenuhi dan kosong, dan makanan adalah cara untuk memenuhi mulut dan waktu Anda.

– Kebiasaan masa kanak-kanak, pikirkan kembali kenangan berkaitan dengan makanan pada masa kecil Anda. Apakah orang tua Anda memberikan es krim, pizza ketika Anda mendapat rapor yang baik? Atau membelikan permen ketika Anda merasa sedih? Kebiasaan makan ini dapat dibawa hingga dewasa.

– Pengaruh sosial, makan bersama dengan orang lain adalah cara yang bagus untuk menghilangkan stres, tetapi juga dapat menyebabkan makan berlebihan. Sangat mudah untuk memuaskan nafsu makan. Mungkin juga keluarga atau teman Anda mendorong untuk makan berlebihan sebagai bentuk rasa menghargai.

2. Cari Cara Lain Selain Dengan Makanan

Jika Anda tidak tahu bagaimana mengelola emosi Anda dengan cara yang tidak melibatkan makanan, Anda tidak akan mampu mengendalikan kebiasaan makan Anda dalam waktu yang lama. Untuk menghentikan emotional eating, Anda harus menemukan cara lain untuk menenangkan diri selain dengan makanan.

3. Keinginan Kuat

Kebanyakan emotional eater merasa ‘tidak berdaya’ saat bertemu makanan dan langsung dilahap secara kontinyu. Anda merasa seperti emosi yang hampir tak tertahankan dan menuntut untuk diberi makan, sekarang!

Emotional eating cenderung dan hampir tak ada artinya. Sebelum menyadari apa yang telah Anda lakukan, Anda telah meraih kotak es krim. Tetapi jika Anda bisa meluangkan waktu sejenak untuk berhenti dan bercermin diri tindakan apa yang akan Anda lakukan. Serta menguatkan kembali keinginan Anda untuk lepas dari emotional eating.

Yang harus Anda lakukan adalah menunda makan selama lima menit. Jika lima menit terlalu sulit, mulailah dengan satu menit. Hanya katakan kepada diri sendiri untuk menunggu. Sambil menunggu, periksa bagaimana perasaan Anda? Apa yang terjadi secara emosional? Bahkan jika Anda akhirnya makan, Anda akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang mengapa Anda melakukannya. Hal ini dapat membantu Anda memberi respon yang berbeda pada waktu berikutnya.

Bisa juga dengan belajar menerima emosi, baik yang negatif maupun positif. Membiarkan diri Anda untuk merasakan emosi yang tidak nyaman memang bisa menakutkan. Tetapi kenyataannya adalah bahwa ketika kita tidak terobsesi atau menekan emosi kita, bahkan perasaan yang paling menyakitkan-pun relatif cepat dapat dihilangkan dari pikiran. Untuk melakukan ini, Anda perlu menjadi sadar dan belajar bagaimana memahami emosi Anda setiap saat. Hal ini dapat memungkinkan Anda untuk mengendalikan stres dan memperbaiki masalah emosional yang sering memicu emotional eating.

4. Terapkan Gaya Hidup Sehat

Olahraga, tidur berkualitas, serta gaya hidup yang sehat akan membantu Anda untuk melalui masa sulit tanpa emotional eating. Aktivitas fisik adalah peredam stres yang ampuh. Juga luangkan waktu untuk beristirahat dan bersantai setidaknya 30 menit setiap hari. Hal ini dapat mengisi ulang ‘baterai’ Anda. Selain itu, berinteraksi sosial merupakan cara yang tepat untuk mengatasi emotional eating. Karena menghabiskan waktu dengan banyak orang dapat melindungi diri Anda dari efek negatif yang disebabkan stres.

Berfokuslah pada perubahan positif yang dapat Anda lakukan agar Anda terhindar dari jebakan emotional eating.



Sumber : Dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar