Bagi banyak pria yang telah menikah, salah satu momen yang mendebarkan dalam kehidupannya adalah saat kelahiran sang anak. Saat penting itu datang, banyak perasaan / emosi kuat yang menyertainya. Rasa berdebar-debar, bahagia, bangga, kasih sayang, dan syukur adalah beberapa di antaranya. Terbayang masa-masa penting sesudahnya. Bersama sang istri mengajari anak tentang banyak hal dalam kehidupan juga menjaganya dari hal yang dapat mengancam merupakan tugas selanjutnya.
Peran ibu pada perkembangan anak memang penting. Ibulah yang seringkali dianggap sebagai figure paling penting bagi anak di tahun-tahun awal kehidupannya. Meskipun demikian, peran ayah dalam perkembangan anak ternyata juga tidak dapat diabaikan bagitu saja. Ayah ternyta memiliki peran khas dalam pengasuhan anak. Dalam suatu survey di Amerika Serikat (Nesbitt, 2012), lemahnya atau ketiadaan ayah atau figur ayah yang menggantikannya (kakek, paman, dsb) dalam keseharian hidup anak berhubungan dengan perilaku tidak adaptif atau perilaku nakal (delinquency) pada anak.
Pada anak laki-laki, lemahnya atau ketiadaan figur ayah akan memaksanya menjalankan peran sebagai lelaki di rumah secara lebih dini. Hal ini akan mengancam haknya untuk menikmati masa kanak-kanak secara optimal dan menimbulkan beban emosional tersendiri. Beberapa terdorong menjalankan perilaku negatif yang seakan-akan berhubungan dengan perilaku yang umum dilakukan orang dewasa misalnya merokok, mengkonsumsi minuman keras, dan semacamnya. Sementara itu bagi anak perempuan, lemahnya atau ketiadaan figur ayah dalam hidupnya akan mendorong munculnya rasa tidak aman karena persepsi terhadap tidak adanya perlindungan dalam kesehariannya. Hal ini mempengaruhi pandangannya terhadap lawan jenis, diri sendiri, dan dunia sekitarnya. beberapa kasus seks usia dini dan kehamilan pra nikah merupakan salah satu efeknya.
Sebaliknya, Ditta M. Oliker Ph.D. seorang psikolog klinis dari Los Angeles (2011) mengatakan bahwa anak yang mengalami relasi yang intensif dengan ayahnya semenjak lahir akan tumbuh menjadi anak yang memiliki emosi yang aman (emotionally secure), percaya diri dalam mengeksplorasi dunia sekitar, dan ketika tumbuh dewasa mereka akan dapat mampu membangun relasi sosial yang baik.
Kecenderungan ayah secara umum yang berinteraksi dengan anak khususnya lewat aktivitas bermain ternyata akan memfasilitasi anak dalam mengelola emosi dan perilaku mereka. Ahli lain yakni Rosenberg, Jeffrey & Wilcox (2006) mengungkapkan bahwa ayah yang terlibat aktif dalam pengasuhan anak di masa kecilnya akan mendorong anak lebih berprestasi secara akademis di masa dewasanya. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bawa anak-anak yang pengasuhannya melibatkan peran ayah secara aktif akan berprestasi lebih baik khususnya dalam kemampuan verbal, fungsi intelektual dan capaian akademisnya.
Yang terakhir, Waterston & Brenda, (2006) mengungkapkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan selain penting untuk perkembangan anak ternyata juga akan berperan positif terhadap pasangannya. Seperti di ketahui, meskipun merupakan saat yang banyak ditunggu kaum ibu, proses hamil, melahirkan, dan merawat anak di tahun-tahun awal juga berpotensi mendatangkan beban psikologis. Keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan di masa-masa ini akan meringankan depresi kaum ibu saat melakukan pengasuhan terhadap anak (maternal depression). Menurunnya depresi ibu selanjutnya akan berdampak positif bagi pengasuhan terhadap anak.
Berbagai penelitian yang dilakukan selama empat dekade telah membuktikan bahwa seorang ayah memiliki peran dalam kesuksesan anak-anaknya. Dilansir parenting.com, peran seorang ayah dapat mempengaruhi kehidupan sosial, prestasi di sekolah, dan pencapaian cita-cita anak-anaknya.
Pentingnya keterlibatan ayah
Kehadiran seorang ayah bagi seorang anak akan menimbulkan keamanan emosional, kepercayaan diri dan keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Balita dengan keterlibatan ayah memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan juga IQ lebih baik pada usia ke-3.
Pada usia sekolah, pelajar yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya memiliki prestasi yang lebih baik dan juga kepercayaan diri lebih tinggi.
Memiliki peran berbeda
Ayah dan ibu memiliki perannya masing -masing dalam perkembangan anak-anaknya. Seorang ayah cenderung lebih menyemangati dalam berkompetisi, kemandirian, dan prestasi. Sedangkan ibu lebih cenderung pada keadilan, kerja-sama dan keamanan.
Bermain, melindungi, dan menumbuhkan kedisiplinan
- Seorang ayah cenderung lebih dapat menjadi teman bermain bagi anak-anaknya daripada ibu. Dari interaksi ini anak-anak akan belajar banyak dari ayah mereka.
- Anak-anak yang memiliki sosok ayah di sisinya akan lebih merasa terlindungi dari bahaya sehingga memiliki sifat lebih pemberani.
- Seorang ayah memiliki ketegasan yang lebih besar dibanding seorang ibu, karena itu peran ayah sangat besar dalam menghasilkan anak-anak yang disiplin. Seorang ibu akan lebih menggunakan perasaan dan sering menerima alasan yang dilontarkan anak-anak mereka.
- Ayah memiliki kestabilan emosi yang lebih baik dan lebih sedikit mendapat gangguan seperti menstruasi, hamil, dan melahirkan yang mempengaruhi emosi mereka sehingga dapat membuat emosi anak-anaknya menjadi lebih stabil.
Sumber : (health.liputan6.com & Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar