Kamis, 30 Mei 2013
Cerdas Menggunakan Obat Herbal
Obat-obatan herbal sudah ratusan bahkan ribuan tahun dipakai secara turun temurun untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Meski begitu, obat herbal tidak bisa dikonsumsi sembarangan.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 Kementrian Kesehatan RI, 59,12 orang Indonesia pernah mengonsumsi jamu atau herbal. Jenis tanaman yang berpotensi sebagai obat antara lain jahe, kunyit, temulawak, temu ireng, kencur, lengkuas, sambiloto, jati belanda, cabe jawa, dan lempuyang.
Kendati begitu, menurut Prof.Maksum Radji, pengunaan obat herbal belum bisa menggantikan obat modern. "Umumnya reaksi obat herbal berlangsung lambat, sehingga pada kasus-kasus darurat medik obat modern lebih baik digunakan karena reaksinya lebih cepat dalam mengatasi gejala atau menghilangkan rasa sakit tertentu," katanya.
Obat modern, menurut Guru Besar Tetap Farmasi Universitas Indonesia itu, meski diisolasi dari bahan alam, tetapi telah melalui kaidah pengujian yang komperhensif dan lengkap sehingga khasiat dan risikonya sudah distandarasisasi dengan baik.
Sebaliknya dengan obat tradisional yang merupakan warisan turun temurun dan hanya berdasarkan bukti-bukti empirik.
"Untuk dapat digunakan dalam pengobatan, obat herbal memerlukan serangkaian tahapan uji klinik untuk memastikan tingkat keamanan, dosis, cara penggunaan, efikasi, monitoring efek samping dan interaksinya dengan senyawa obat lainnya," katanya.
Karena itu, menurutnya penggunaan obat herbal saat ini baru bisa sebatas memelihara kesehatan. Obat herbal juga sebaiknya tidak dicampurkan dengan obat modern.
"Pemberian obat herbal harus dihindari ketika pasien mengkonsumsi obat modern yang regimen dosisnya sangat rendah, antara lain: antihistamin, immunosupresan, obat jantung, obat antidiabetes, antikoagulan (warfarin), teofilin, obat anti retroviral, antikolesterol, dan sebagainya," katanya.
Oleh sebab itu jika ingin menggabungkan obat herbal dengan obat modern, sebaiknya diminum berselang antara 1-2 jam.
Untuk penyakit kronis dan memiliki komplikasi berat, seperti diabetes atau kanker, sebaiknya tetap dibarengi dengan pemeriksaan oleh dokter untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan.
Sumber : health.kompas.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar