Kamis, 14 April 2016
Senang Menimbun Barang Tak Terpakai? Mungkin Gejala Penyakit "Hoarding"
Coba cek lemari atau rak di rumah Anda, berapa banyak barang yang sebenarnya sudah tak terpakai, tetapi Anda enggan membuangnya karena takut jika suatu saat barang-barang itu masih akan dipakai lagi? Bila Anda gemar menumpuk barang, bisa jadi sebenarnya Anda menderita penyakit hoarding.
Penyakit hoarding, seperti dikutip dari Mayo Clinic, adalah perilaku sulit berpisah atau membuang barang. Keinginan menyimpan barang ini sangat kuat, tak peduli nilai barang tersebut. Para ahli mengelompokkan perilaku ini sebagai salah satu gangguan kejiwaan.
Ciri khas dari orang yang memiliki penyakit hoarding adalah rumahnya penuh dengan timbunan barang-barang sehingga terkadang untuk duduk atau jalan pun susah karena semua tempat sudah "dikuasai" barang-barang. Sebagian orang ada juga yang memelihara lusinan hewan peliharaan, tetapi malas mengurusnya.
Penyakit hoarding bervariasi, dari yang ringan sampai berat. Hoarding yang ringan mungkin tak akan memengaruhi hidup kita, sementara pada taraf yang berat akan mengganggu fungsi sehari-hari. Mereka akan merasa sedih, marah, dan depresi jika barang-barang tersebut disingkirkan. Konflik dengan anggota keluarga juga lebih besar.
Gejala
Kecenderungan seseorang mengalami penyakit hoarding sebenarnya sudah bisa dilihat sejak usia remaja. Misalnya saja, ia senang mengumpulkan berbagai barang di kamarnya dan marah jika dibersihkan, sampai sangat berantakan. Seiring dengan bertambahnya usia, ia akan mulai mengumpulkan lebih banyak barang di rumahnya.
Penyakit hoarding berbeda dengan kolektor. Para kolektor hanya akan menyimpan satu jenis barang tertentu, mengaturnya, memajang yang disukai, dan membuang yang tidak terpakai. Sementara itu, pada gangguan perilaku hoarding, segala hal disimpan, termasuk koran, majalah, hingga benda-benda yang terlihat tak berguna, misalnya serbet dari restoran.
Ciri khas lain dari penderita gangguan perilaku ini adalah kesulitan mengatur barang, memiliki interaksi sosial terbatas, dan merasa malu dengan perilakunya.
Orang yang memiliki penyakit hoarding biasanya tidak merasa hal itu sebagai masalah sehingga mereka tak mau menjalani terapi. Padahal, dengan bantuan tenaga ahli gangguan perilaku, hal ini bisa diatasi sehingga kualitas kehidupan meningkat kembali.
Sumber : health.kompas.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar